Konsep assimilasi, Alkulturasi, Sosialisasi, Enkulturasi
Hubungan Antar Budaya :
Pengertian Difusi, Akulturasi, Asimilasi / Pembauran - Manusia sebagai
makhluk sosial memiliki sifat berubah. Begitu juga dengan kebudayaan yang
bersifat dinamis selalu mengalami perubahan walaupun secara sangat lambat.
Perubahan dari kebudayaan, baik secara langsung maupun tidak langsung,
berpengaruh pada budaya lokal. Sebelum mengkaji tentang pengaruh budaya asing
terhadap budaya lokal, ada beberapa konsep penting yang erat kaitan nya dengan
pengaruh budaya itu, antara lain difusi (penyebaran), percampuran
(acculturation), pembauran (asimilation), dan gegar budaya (cultural shock).
Asimilasi (Pembauran)
asimilation; merupakan
proses perubahan kebudayaan secara total akibat membaurnya dua kebudayaan atau
lebih sehingga ciri-ciri kebudayaan yang asli atau lama tidak tampak lagi.
Menurut Koentjaraningrat, pembauran adalah suatu proses sosial yang terjadi
pada berbagai golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda. Setelah
mereka bergaul dengan intensif, sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan
masing-masing berubah menjadi unsur kebudayaan campuran.
Proses pembauran baru dapat berlangsung jika ada persyaratan tertentu yang mendukung berlangsungnya proses tersebut. Harsojo menyatakan bahwa dalam pembauran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.
1) Faktor Pendorong Asimilasi
a) Toleransi adalah
saling menghargai dan membiarkan perbedaan di antara setiap pendukung
kebudayaan yang saling melengkapi sehingga mereka akan saling membutuhkan.
b) Simpati adalah
kontak yang dilakukan dengan masyarakat lainnya didasari oleh rasa saling
menghargai dan menghormati. Misalnya dengan saling menghargai orang asing dan
kebudayaan nya serta saling mengakui kelemahan dan kelebihannya akan
mendekatkan masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut.
c) Adanya sikap
terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat. Misalnya dapat
diwujudkan dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi
golongan-golongan minoritas, pemeliharaan kesehatan, atau penggunaan
tempat-tempat rekreasi.
d) Adanya perkawinan
campuran (amalgamasi). Perkawinan campuran dapat terjadi di antara dua
kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku bangsa maupun tingkat sosial
ekonomi.
e) Adanya persamaan
unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan menyebabkan
masyarakat pendukungnya merasa lebih dekat satu dengan yang lainnya.
2) Faktor Penghambat Asimilasi
a) Fanatisme dan
prasangka, melahirkan sikap takut terhadap kebudayaan lain yang umumnya terjadi
di antara masyarakat yang merasa rendah (inferior) dalam menghadapi kebudayaan
luar yang lebih tinggi (superior). Contohnya, suku-suku bangsa terasing seperti
orang Kubu di Sumatra, orang Baduy di Jawa Barat, dan suku-suku terasing di
Irian/Papua. Prasangka yang timbul itu membuat mereka menutup diri terhadap
masuknya budaya baru.
b) Kurangnya
pengetahuan kebudayaan yang menyebabkan sikap toleransi dan simpati yang kurang
berkembang antara suku bangsa.
c) Perasaan
superioritas yang besar pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap
kebudayaan masyarakat lain. Contohnya, antara masyarakat kolonial dan
masyarakat pribumi sehingga integrasi yang terjalin antara yang menjajah dan
yang dijajah tidak berkembang.
d) Terisolasinya
kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang akan berakibat pada
tidak adanya kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat luar. Sebaliknya, orang
luar kurang memahami kebudayaan masyarakat tersebut sehingga menimbulkan
prasangka yang dapat menghalangi berlangsungnya proses pembauran.
e) Adanya in-group
yang kuat. In-group feeling, artinya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa
individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
Misalnya, golongan minoritas Arab dan Tionghoa di Indonesia yang memperlihatkan
perbedaan-perbedaan yang tajam dengan orang Indonesia asli. Pelaksanaan pergantian
nama orang Tionghoa dengan nama Indonesia tidak banyak membawa hasil untuk
mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Indonesia jika in-group feeling
tidak diatasi lebih dulu.
Akulturasi (Percampuran) Percampuran merupakan suatu perubahan
besar dari suatu kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh dari kebudayaan
asing. Menurut Koentjaraningrat, percampuran menyangkut konsep mengenai proses
sosial yang timbul jika sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing. Akibatnya, unsur-unsur asing
lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan asli.
Proses percampuran
berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal disebabkan adanya unsur-unsur
kebudayaan asing yang diserap atau diterima secara selektif dan ada unsur-unsur
yang tidak diterima sehingga proses perubahan kebudayaan melalui mekanisme
percampuran masih memperlihatkan adanya unsur-unsur kepribadian yang asli.
Mekanisme percampuran
dapat digambarkan sebagai berikut.
1) Unsur Budaya Asing yang Mudah Diterima
a) Unsur-unsur
kebudayaan yang konkret wujudnya, seperti benda-benda keperluan rumah tangga
dan alat-alat pertanian yang praktis dipakai.
b) Unsur-unsur
kebudayaan yang besar sekali gunanya bagi si pemakai. Contohnya kendaraan
bermotor, seperti sepeda motor dan truk pengangkut.
c) Unsur-unsur
kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan masyarakat penerima. Contohnya,
penerangan listrik menggantikan penerangan tradisional dan telepon seluler
menggantikan telepon rumah.
2) Unsur Budaya Asing yang Sulit Diterima
a) Unsur-unsur
kebudayaan yang wujudnya abstrak, misalnya paham atau ideologi negara asing.
b) Unsur-unsur
kebudayaan yang kecil sekali gunanya bagi si pemakai, contohnya cara meminum
teh.
c) Unsur-unsur
kebudayaan yang sukar disesuaikan dengan keadaan masyarakat penerima, contohnya
traktor pembajak sawah yang sukar menggantikan fungsi bajak yang ditarik kerbau
pada lahan pertanian tertentu.
Definisi
Sosialisasi
Sosialisasi
adalah proses mempelajari dan menanamkan suatu nilai, norma, peran, dan pola
perilaku dari satu generasi ke generasi lain dalam sebuah kelompok atau
masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Beberapa
sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory)
karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan
oleh individu.
Definisi
Sosialisasi Menurut Para Ahli
Menurut
Peter Berger, sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta
memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk
kepribadiannya.
Menurut
Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan
kepada warga masyarakat yang baru.
Jenis
Sosialisasi
Berdasarkan
jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Sosialisasi
primer, yaitu sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil
dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer
berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun. Secara bertahap dia mulai mampu
membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini,
peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting karena watak
dan/atau kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan
interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
2. Sosialisasi
sekunder, yaitu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang
memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu
bentuknya adalah resosialisasi (pemberian identitas diri yang baru)
dan desosialisasi ('pencabutan' identitas diri yang lama).
Tipe
Sosialisasi
Tipe
sosialisasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Formal
Sosialisasi
formal terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan negara.
Contohnya sekolah.
2. Informal
Sosialisasi
informal terdapat dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan. Contohnya teman,
anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Walaupun proses sosialisasi dipisahkan
menjadi dua yaitu formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk
dipisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal
sekaligus.
Pola
Sosialisasi
Sosialisasi
dapat dibagi menjadi dua pola, yaitu :
1. Sosialisasi represif (repressive
socialization), yang menekankan pada penggunaan materi dalam hukuman
dan imbalan. Komunikasinya bersifat satu arah. Keluarga berperan sebagai significant
other.
2. Sosialisasi
partisipatoris (participatory socialization), yang menekankan pada
interaksi dan komunikasi lisan yang bersifat dua arah. Hukuman dan imbalannya
bersifat simbolik. Keluarga berperan sebagai generalized other.
Proses
Sosialisasi
George Herbert Mead
Menurut
George Herbert Mead, tahapan proses sosialisasi yang dilalui seseorang
adalah sebagai berikut.
1. Tahap
persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami saat
seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai
melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih
balita diucapkan "mam". Arti kata tersebut juga belum dipahami benar oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat arti kata makan dengan kenyataan yang dialaminya.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih
balita diucapkan "mam". Arti kata tersebut juga belum dipahami benar oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat arti kata makan dengan kenyataan yang dialaminya.
2. Tahap
meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan
peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Kemampuan untuk menempatkan diri
pada posisi orang lain mulai terbentuk, anak juga sadar bahwa dunia sosial
manusia berisi banyak orang. Sebagian dari orang tersebut adalah orang-orang
yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yaitu dari mana
anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut
orang-orang yang amat berarti (significant other).
3.
Tahap memainkan (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan diganti oleh peran
yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarga.
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan diganti oleh peran
yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarga.
4. Tahap
penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada
tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
· Charles
H. Cooley
Charles
H. Cooley lebih menekankan pada peran interaksi dalam teorinya. Menurutnya,
self concept (konsep diri) terbentuk dari interaksi seseorang dengan orang
lain, yang disebut looking-glass self. Tahap-tahap terbentuknya looking-glass
self yaitu :
1. Kita
membayangkan bagaimana kita di hadapan orang lain
2. Kita
membayangkan bagaimana orang lain menilai kita
3. Bagaimana
perasaan kita sebagai akibat dari penilaian itu
Tahapan
di atas berkaitan erat dengan teori labeling, di mana seseorang akan berusaha
memainkan peranan yang sesuai dengan penilaian orang terhadap dirinya, walaupun
penilaian itu belum tentu benar.
Enkulturasi atau pembudayaan adalah
proses mempelajari dan menysuaikan alam pikiran dan sikap individu dengan
sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Proses ini berlangsung sejak kecil, mulai dari lingkungan kecil (keluarga) ke
lingkungan yang lebih besar (masyarakat). Misalnya anak kecil menyesuaikan diri
dengan waktu makan dan waktu minum secara teratur, mengenal ibu, ayah, dan
anggota-anggota keluarganya, adat, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam
keluarganya, dan seterusnya sampai ke hal-hal di luar lingkup keluarga seperti
norma, adat istiadat, serta hasil-hasil budaya masyarakat.
Dalam masyarakat ia belajar membuat alat-alat permainan, belajar
membuat alat-alat kebudayaan, belajar memahami unsur-unsur budaya dalam
masyarakatnya. Pada mulanya, yang dipelajari tentu hal-hal yang menarik
perhatiannya dan yang konkret. Kemudian sesuai dengan perkembangan jiwanya, ia
mempelajari unsur-unsur budaya lainnya yang lebih kompleks dan bersifat
abstrak.
Di samping enkulturasi, terdapat sosialisasi. Sosisalisasi adalah
proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa
kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan
diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono
Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru
mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota.
Di mana-mana, di berbagai kebudayaan, sosialisasi tampak
berbeda-beda tetapi juga sama. Meskipun caranya berbeda, tujuannya sama, yaitu
membentuk seorang manusia menjadi dewasa. Proses sosialisasi seorang inndividu
berlangsung sejak kecil. Mula-mula mengenal dan menyesuaikan diri dengan
individu-individulain dalam lingkungan terkecil (keluarga), kemudian dengan
teman-teman sebaya atau sepermainan yang bertetangga dekat, dengan saudara
sepupu, sekerabat, dan akhirnya dengan masyarakat luas.
Apakah perbedaan antara enkulturasi dan sosialisasi? M.J.Herskovits berpendapat
bahwa perbedaan antar enculturation (enkulturasi) dengan socialization (sosialisasi)
adalah sebagai berikut ;
1. Enculturation (enkulturasi) adalah suatu
proses bagi seorang baik secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari seluruh
kebudayaan masyarakat.
2. Socialization (sosialisasi) adalah
suatu proses bagi seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
yang berlaku dalam keluarganya.
Secara singkat perbedaan antara enkulturasi dan
sosialisasi adalah dalam enkulturasi seorang individu mempelajari dan
menyesuaikan alam pikirannya dengan lingkungan kebudayaannya, sedangkan
sosialisaasi si individu melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan
sosial.
Casino, Atlantic City - MapyRO
ReplyDeleteFind the best casino in 청주 출장마사지 Atlantic City, NJ. Casino City 문경 출장샵 Map. View all reviews, photos, 진주 출장샵 directions, and 천안 출장안마 more information from MapyRO. 안성 출장안마